Apatisme sosial, yang ditandai dengan kurangnya kepedulian dan keterlibatan masyarakat dalam kegiatan sosial dan lingkungan, merupakan permasalahan yang perlu diatasi. Keberadaan sikap ini dapat menghambat upaya peningkatan kualitas lingkungan, penataan ruang pemukiman, serta keterlibatan dan penguatan koneksi sosial antar warga. Upaya pencegahan dan penanggulangan apatisme masyarakat dapat dilakukan melalui tindakan komunikatif dengan memberikan edukasi secara langsung melalui diskusi dalam ruang publik. Lahan tidak produktif milik PT KAI yang terbengkalai akibat sikap apatisme masyarakat memiliki dampak positif yang sangat besar pada peluang ekonomi, sosial, dan rekreasi jika difungsikan secara optimal. Penelitian ini bertujuan untuk menganilisis kontribusi fungsionalisasi lahan tidak produktif milik PT KAI menjadi Taman Kereta Rasam Purwokerto terhadap peningkatan emansipasi masyarakat pada tingkat partisipasi. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif dengan pendekatan studi kasus lapngan (field Research). Dan menggunakan Teori Ruang Publik Jurgen Haberma sebagai kerangka analisis untuk memahami dinamika komunikasi masyarakat dalam konteks emansipasi sosial. Pengumpulan data dilakuan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembangunan Taman Kereta Rasam Purwokerto berhasil mengubah sikap apatisme masyarakat menjadi subjek yang aktif dalam kegiatan pengelolaan lingkungan. Selain itu, proyek ini juga berkontribusi pada peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat. Emansipasi masyarakat terwujud melalui distribusi peran aktif dalam perencanaan, pengelolaan operasional, dan evaluasi taman. Implikasi dari penelitian ini adalah pentingnya pemanfaatan ruang publik sebagai sarana untuk mendorong partisipasi aktif masyarakat dan meningkatkan emansipasi sosial.