Islam merupakan rahmat bagi seluruh alam, didalamnya mencakup tuntunan bagi manusia baik di dunia maupun di akhirat. Maka bagi umat islam wajib baginya, untuk mengamalkan islam secara kaffah. Kelompok islam Trasnasional menyebut Islam kaffah sebagai berikut: Pertama, Islam kaffah adalah Islam yang (pure) murni. Kedua, islam kaffah adalah formalisasi syariat islam. Ketiga, islam kaffah adalah Politisasi Islam. Yang mana jika hal ini diterapkan di Indonesia maka bisa menimbulkan kegaduhan dan perbincangan yang ramai. Untuk itu penulis tertarik untuk meneliti konsep islam kaffah perspektif mufasir Indonesia. Dengan penelitian ini, penulis bertujuan mencari pandangan Bisri Mustofa, Buya Hamka, dan Quraish Shihab mengenai konsep Islam kaffah yang terkandung dalam surat al-Baqarah ayat 208, serta menganalisis penafsiran ketiga tokoh tersebut sekaligus mencari perbandingan diantara ketiganya. Untuk melakukan penelitian tersebut, penulis menggunakan metode muqarin dalam mengolah data tersebut. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa mufasir Indonesia memiliki perbedaan dalam menafsirkan Islam kaffah. Bisri Mustofa mengartikan bahwa Islam kaffah yaitu ketotalitasan dan komitmen seseorang dalam berislam. Lalu Hamka menafsirkan Islam kaffahsebagai keislaman yang menyeluruh, sedangkan Quraish Shihab mengkonsepkannya Islam kaffah sebagai kedamaian yang menyeluruh.