Jual beli pada dasarnya diperbolehkan (mubah) tetapi hukumnya dapat berubah tergantung situasi. Dalam konteks ini, mengenai jual beli air ruqyah secara online dan offline yang ada di Kabupaten Banyumas. Jual beli sendiri itu diperbolehkan karena syarat dan rukun jual beli sudah terpenuhi. Namun perlu diperhatikan penjualannya baik secara online atau secara offline. Jenis penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research), yaitu dengan metode deskriptif kualitatif. Pendekatan yang dipakai adalah pendekatan yuridis-empiris yaitu dengan berfokus pada pengidentifikasian dan pengkonsepan hukum sebagai pranata sosial yang nyata dalam sistem kehidupan yang aktual yang terjadi di masyarakat. Dengan tujuan menemukan fakta-fakta yang dijadikan data dalam penelitian. Kemudian data tersebut dianalisis untuk mengidentifikasi masalah yang akhirnya menuju pada penyelesaian masalah. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa meskipun Nahdlatul Ulama, Muhammadiyyah, dan Al-Irsyad Al-Islamiyyah memiliki pandangan berbeda terkait jual beli air ruqyah, ketiganya sepakat bahwa transaksi dalam Islam harus memenuhi rukun, syarat, dan prinsip kejelasan serta kejujuran. Jual beli air ruqyah dapat diperbolehkan jika tidak menjadikan bacaan doa atau ayat Al-Qur’an sebagai komoditas. Air yang dijual hanya sebagai media, bukan objek utama. Proses ruqyah dilakukan secara langsung dan transparan, bukan online. Dengan memenuhi prinsip-prinsip syariah tersebut, ketiga ormas dapat menemukan titik temu demi kemaslahatan umat dan prinsip-prinsip syariat. Kata Kunci: Jual Beli. Air Ruqyah, Pandangan Tokoh