Merek secara umum merujuk pada tanda atau simbol yang merupakan representasi dari nama bisnis dan digunakan untuk meningkatkan reputasi bisnis. Perlindungan merek diatur dalam UUNomor 20 Tahun 2016. Seringkali merek menjadi sengketa, contohnya seperti yang pada Putusan Mahkamah Agung Nomor 576 K/Pdt.Sus-HKI/2020 yang mana dalam sengketa ini mempermasalahkan soal merek antara Ayam Geprek Bensu dengan I Am Geprek Bensu. Dua merek bisnis tersebut bersengketa karena pemilik Ayam Geprek Bensu menggugat kompetitornya tersebut karena menggunakan nama “BENSU” pada merek bisnisnya. Penelitian ini akan membahas mengenai bagaimana pertimbangan hakim dalam memutusankan sengketa ini serta meninjau putusan ini dari sudut pandang Hukum Ekonomi Syariah. Penelitian ini digolongkan pada jenis studi kepustakaan, yakni penelitian yang dikerjakan berdasarkan informasi yang diperoleh melalui Putusan Mahkamah Agung beberapa Jurnal, Buku serta hasil studi, serta pendapat ahli mengenai hal yang berkaitan dengan skipsi penulis. Dalam putusan tersebut hakim mempertimbangkan dengan menimbang kedua bukti surat yang diajukan oleh kedua belah pihak serta menilai persamaan dari kedua merek. Serta hakim menimbang bahwa Ruben Samuel Onsu merupakan duta promosi yang patut dicurigai bahwa ia memiliki niat untuk meniru. Berdasarkan Putusan Mahkamah Agung dalam perkara ini memberikan gambarkan bahwa Hukum Positif Indonesia sejalan dengan prinsip-prinsip yang ada dalam Hukum Ekonomi Syariah Kata Kunci : Merek, Hukum Ekonomi Syariah, Putusan Mahkamah Agung