Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji makna kata Syarr dalam Al-Qur’an melalui pendekatan semiotika Roland Barthes yang membagi proses pemaknaan menjadi tiga tingkatan: denotasi, konotasi, dan mitologi. Kata Syarr dalam Al-Qur’an sering kali dipahami sebagai keburukan atau kejahatan secara literal, padahal dalam konteks ayat-ayat tertentu, kata ini memiliki makna yang lebih kompleks dan berlapis. Dalam penelitian ini, peneliti mengambil lima ayat dari setiap bentuk derivasi kata Syarr dalam Al-Qur'an yaitu Asy-syarra, Syarran, Asyrar, Biyarar, Syarruhu. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan library research. Sumber data primer adalah Al-Qur’an dengan merujuk pada Q.S Al-Baqarah ayat 216 syarr berarti tidak baik, Q.S An-Nur ayat 11 syarr berarti buruk, Q.S Sad ayat 62 syarr berarti jahat, Q.S Al-Mursalat ayat 32 syarr berarti bunga api, Q.S Al- Insan ayat 7 syarr berarti azab, sedangkan sumber sekunder terdiri dari buku Mythologies karya Roland Barthes, kitab-kitab tafsir klasik dan kontemporer, jurnal ilmiah, serta literatur semiotika. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa makna syarr dalam Al-Qur’an yang dianalisis menggunakan semiotika Roland Barthes menghasilkan makna denotasi syarr berarti penderitaan atau keburukan, Pada makna konotasi, syarr bisa berarti ujian atau pengorbanan yang justru membawa kebaikan, seperti cara untuk mendekatkan diri kepada Allah. Di tingkat Mitologi, syarr menjadi simbol ideologi yang dipahami oleh umat Islam sebagai representasi kesabaran, keikhlasan, dan kritik terhadap pandangan dunia yang terlalu mementingkan harta atau status. Melalui analisis ayat-ayat Al-Qur’an, syarr berubah menjadi simbol perjuangan spiritual, peringatan terhadap materialisme, dan pengingat pentingnya tanggung jawab moral dalam hidup dan kehidupan setelah mati. Kata Kunci: Syarr, Semiotika, Roland Barthes, Al-Qur’an, Mitologi