Skripsi ini dilatar belakangi oleh ketertarikan penulis terhadap fenomena gunung pelangi yang terdapat di Cina. Gunung pelangi tersebut tersusun dari beberapa warna bebatuan yang berbeda-beda sehingga menimbulkan susunan warna tersebut menarik para ilmuan untuk meneliti lebih dalam dan melihat bagaimana gunung tersebut memiliki bebatuan yang berbeda-beda warna. Dimana dalam Q.S Fāthir ternyata menyinggung fenomena tersebut yakni dalam Q.S Fāthir ayat 27. Sehingga penulis dalam skripsi ini merumuskan masalah sebagai berikut: “Bagaimana penafsiran Q.Sfatir ayat 27 dalam tafsir ilmi ? Bagaimana relevansi antara tafsir Q.Sfatir ayat 27 dengan penelitian sains yang ada ?” Kedua masalah tersebut menjadi fokus penelitian ini. Jenis penelitian ini adalah studi kepustakaan (library research) dengan metode deskriptif kualitatif dan pendekatan tafsir ilmi. Selanjutnya dianalisis dengan berdasarkan teori yang dikemukakan oleh IAN G Barbour mengenai relevansi sains dan agama. Hasil dari penelitian ini adalah sebagai berikut: gunung pelangi yang terdapat di Cina merupakan hasil dari proses yang sangat panjang dan kompleks. Sehingga dari beberapa proses tersebutlah membentuk batuan-batuan yang terdapat dalam gunung tersebut memiliki kandungan mineral yang berbeda-beda dan tercermin dari warna yang dimilikinya. Kemudian Q.S Fāthir ayat 27 menyinggung fenomena tersebut yakni pada penggalan ayat terakhir yang berbunyi “Di antara gunung-gunung itu ada bergaris-garis putih dan merah yang beraneka macam warnanya dan ada (pula) yang hitam pekat.” Para mufasir tafsir ilmi menafsirkan perbedaan warna yang terdapat didalamm gunung dikarenakan adanya proses penbentukan yang kompleks dan perbedaan warna batuan yang dimiliki oleh gunung diakibatkan adanya perbedaan kandungan didalammnya. Dengan teori relevansi sains dan agama milik Barbour maka dapat disimpulkan sains dan agama memiliki pendapat yang sama sehingga dapat saling mendukung satu sama lain jadi termasuk dalam tipe dialog. Kata kunci: Gunung Pelangi, Q.S Fāthir , Tafsir Ilmi