Harta merupakan bentuk rezeki dari Allah Swt yang digunakan dengan sebaik-baiknya. Disamping perintah, tidak lepas dengan yang namanya larangan. Dalam QS. Al-Isrā’ ayat 26-27 Allah melarang hamba-Nya untuk berperilaku boros karena bagi siapapun yang boros termasuk teman dekatnya setan. Namun, kenyataannya dizaman sekarang beberapa orang menerapkan perilaku impulsive buying belanja online dalam hidupnya. Fenomena tersebut mengantarkan penulis untuk mengkaji kata tabżīr dalam QS. Al-Isrā’ ayat 26-27 karena menurut penulis kata tersebut berkaitan dengan konteks impulsive buying belanja online. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deksriptif-kualitatif dengan jenis kepustakaan yaitu menggunakan data berupa al-Qur’an, buku, kamus, kitab tafsir dan artikel. Dalam mengkaji kata tabżīr pisau analisis semantik Toshihiko Izutsu dengan melalui tiga langkah yang harus ditempuh yaitu menelusuri makna dasar dan relasional, aspek sinkronik dan diakronik, weltanschauung dan merelevansikannya dengan impulsive buying belanja online. Hasil dari penelitian dengan menerapkan semantik Toshihiko Izutsu menunjukkan bahwa makna dasar kata tabżīr yaitu boros. Sedangkan makna relasionalnya melampaui batas dan bermewah-mewahan. Melalui analisis periode pra-Qur’anik, Qur’anik dan pasca-Qur’anik melahirkan sebuah pandangan dunia (weltanschauung) dari kata tabżīr yaitu membelanjakan harta pada jalan yang salah. Hal ini menunjukkan adanya keterkaitan dengan fenomena impulsive buying belanja online. Dapat dikatakan bahwa perilaku impulsive buying itu disebut tabżīr sedangkan orang-orang yang menerapkan impulsive buying dalam hidupnya disebut mubażżīr.