Skripsi ini bertujuan untuk menganalisis makna simbolik pada prosesi tradisi krapyakan di Desa Kretek Kecamatan Rowokele Kabupaten Kebumen. Krapyakan merupakan tradisi membersihkan kuburan para leluhur dan keluarga yang diwarisan dari leluhur yang masih dilestarikan sampai sekarang. Krapyakan dilakukan pada bulan syuro di tiga tempat dan waktu yang berbeda. Tempatnya yaitu Punden Gendon, makam karang sembung dan Punden Massigit. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode etnografi yang dikembangkan dari metodologi antropologi. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Setiap simbol prosesi tradisi Krapyakan di Desa Kretek Kecamatan Rowokele Kabupaten Kebumen dianalisis menggunakan Teori simbolik dari Clifford Geertz. Hasil penelitian menunjukkan dalam pelaksaan tradisi Krapyakan yang dilaksanakan oleh masyarakat di desa Kretek memiliki urutan pelaksanaan. Tradsi Krapyakan di desa Kretek di lakukan tiga kali dalam setahun sesuai hitungan bulan jawa yang paling utama yaitu tradisi Krapyakan pada bulan Syuro. Tradisi Krapyakan dilakukan dengan tujuan untuk menunjukkan penghormatan kepada para leluhur yang sudah meninggal. Dalam tradisi Krapyakan yang menjadi kebudayaan di Desa Kretek, terdapat struktur sistem simbol dan makna. Setidaknya ada tujuh simbol dan makna meliputi simbol gulai kambing, ingkung ayam kampung, nasi tumpeng, lalapan, gorengan, sayur mie dan Do’a bersama. Selain itu dalam setiap prosesi ada juga memiliki makna tersendiri. Di mana makna keduanya bisa digambarkan dengan terkandungnya nilai moral dalam tradisi Krapyakan yaitu bentuk penghormatan kepada orang tua dan nenek moyang karena pentingnya mengenang jasa-jasa mereka dan menjaga warisan budaya yang telah ditinggalkan. Krapyakan juga menekankan betapa pentingnya bersyukur kepada Allah SWT atas berkat yang mereka dapatkan, dan betapa pentingnya melestarikan kebudayaan agar generasi berikutnya dapat mengetahuinya. Kata Kunci: Simbolik, Tradisi Krapyakan