Sistem pembayaran upah dengan metode "gantungan" merupakan praktik umum dalam proyek bangunan di Desa Sindangwangi, Kecamatan Bantarkawung, Kabupaten Brebes. Dalam sistem ini, upah minggu pertama ditahan dan dibayarkan saat proyek selesai, sementara upah minggu berikutnya dibayarkan setiap akhir pekan. Praktik ini menimbulkan permasalahan dari perspektif hukum Islam, terutama terkait kejelasan waktu pembayaran dalam akad ijārah, serta keterkaitannya dengan kebiasaan masyarakat atau ‘urf. Penelitian ini bertujuan menganalisis pembayaran upah pada buruh proyek menggunakan sistem gantungan perspektif akad ijārah dan ‘urf. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) dengan pendekatan kualitatif yuridis-empiris. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan beberapa buruh mandor proyek di Desa Sindangwangi. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui studi literatur terkait akad ijārah dan ‘urf. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi, kemudian dianalisis melalui tahap reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa praktik sistem gantungan diterapkan sebagai bentuk kontrol dan kehati-hatian oleh mandor agar pekerja tidak berhenti sebelum proyek selesai. Mayoritas buruh menerima sistem ini karena telah menjadi kebiasaan dan mereka tetap mendapatkan haknya meskipun pembayaran ditunda. Dalam perspektif akad ijārah, sistem ini tetap sah selama disepakati secara sukarela dan terdapat kejelasan waktu pembayaran. Sementara dalam perspektif ‘urf, praktik ini termasuk ‘urf ṣaḥīḥ karena tidak bertentangan dengan syariat dan mengandung kemaslahatan.