Perempuan yang pernah mengalami perceraian umumnya memiliki harapan agar pernikahan keduanya dapat membentuk keluarga yang sakinah, mawaddah, dan warahmah. Namun, mereka sering menghadapi stigma sosial yang lebih kuat dibandingkan dengan perempuan yang ditinggal wafat oleh pasangannya. Selain itu, pengalaman negatif dalam pernikahan sebelumnya dapat menimbulkan trauma, kecemasan, menurunnya kepercayaan diri, serta kekhawatiran akan kegagalan dalam pernikahan yang baru. Dalam kondisi ini, kemampuan untuk menyesuaikan diri menjadi faktor penting dalam membantu perempuan menghadapi tantangan dalam kehidupan pernikahan kedua. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan proses penyesuaian diri yang dilakukan perempuan dalam menjalani pernikahan kedua (remarriage). Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan subjek dua orang perempuan generasi milenial yang tinggal di Desa Kutabima. Teknik pengumpulan data meliputi observasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi. Data dianalisis melalui tiga tahap, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan guna memperoleh gambaran yang mendalam tentang mekanisme penyesuaian diri subjek dalam menjalani kehidupan pernikahan keduanya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyesuaian diri subjek mencakup aspek fisik, mental, sosial, dan spiritual. Hambatan yang dialami meliputi trauma, kecemasan, dan miskomunikasi, namun didukung oleh niat, kemauan, dan motivasi yang kuat. Subjek memiliki harapan agar pernikahan kedua lebih harmonis, langgeng, dan berusaha memenuhi tuntutan suami terkait peran sebagai istri. Selain itu, subjek juga mulai melakukan aktivitas-aktivitas positif yang tidak dilakukan pada pernikahan sebelumnya seperti komunikasi yang lebih terbuka, dukungan dari suami, dan keterlibatan dalam kegiatan bersama. Strategi penyesuaian dipengaruhi oleh pengalaman serta lingkungan sosial masing-masing dan terbukti membantu menjaga keutuhan keluarga. Kesimpulannya, penyesuaian diri menjadi faktor penting yang membantu perempuan menghadapi tantangan pernikahan kedua serta berkontribusi dalam mewujudkan keluarga yang harmonis dan berlandaskan nilai-nilai sakinah, mawaddah, dan warahmah.