Transformasi digital dalam sistem pembayaran mendorong pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) untuk mengadopsi teknologi seperti Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) sebagai alat transaksi nontunai. Namun tingginya tingkat inklusi keuangan di Indonesia serta efisiensi sistem pembayaran digital seperti QRIS belum diimbangi dengan literasi keuangan yang memadai di kalangan pelaku UMKM. Kondisi ini menghambat optimalisasi pemanfaatan layanan keuangan digital. Rendahnya pemahaman terhadap aspek keuangan menyebabkan penggunaan QRIS lebih bersifat responsif terhadap permintaan pasar dibandingkan kesadaran finansial. Penelitian ini mengacu pada Technology Acceptance Model (TAM), Theory of Planned Behavior (TPB), serta theory of financial inclusion untuk menganalisis pengaruh literasi keuangan, inklusi keuangan, dan efisiensi transaksi terhadap keputusan penggunaan QRIS bagi pelaku UMKM. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan dengan teknik pengambilan sampel purposive sampling dan teknik analisis data yang digunakan yaitu analisis regresi linear berganda. Responden dalam penelitian ini adalah pelaku UMKM yang terdaftar sebagai merchant QRIS di wilayah Purwokerto Barat. Data diperoleh melalui kuesioner dengan jumlah sampel 165 responden. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) literasi keuangan berpengaruh positif signifikan terhadap keputusan penggunaan QRIS bagi pelaku UMKM; (2) inklusi keuangan berpengaruh positif signifikan terhadap keputusan penggunaan QRIS bagi pelaku UMKM; (3) efisiensi transaksi berpengaruh positif signifikan terhadap keputusan penggunaan QRIS bagi pelaku UMKM; (4) variabel literasi keuangan, inklusi keuangan, dan efisiensi transaksi secara bersama-sama mempengaruhi variabel keputusan penggunaan QRIS sebesar 85,5%. Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa literasi keuangan, inklusi keuangan, dan efisiensi transaksi berpengaruh terhadap keputusan penggunaan QRIS bagi pelaku UMKM di Purwokerto Barat baik secara parsial maupun simultan.