Dominasi pendidik perempuan di lembaga PAUD secara global, termasuk di Kabupaten Banyumas, menjadikan keberadaan kepala sekolah PAUD laki-laki sebagai studi kasus yang menarik untuk digali lebih dalam. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan landasan penting bagi perkembangan anak, di mana kepala sekolah PAUD berperan sentral dalam penyelenggaraan layanan berkualitas. Kepala sekolah PAUD Laki-Laki, sebagai sosok yang langka di dunia pendidikan anak menjadi fenomena yang menarik untuk dikaji. Profesionalisme dalam menjalankan peran sebagai pemimpin lembaga merupakan aspek krusial yang berdampak langsung pada mutu pendidikan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Teknik pengumpulan data meliputi wawancara mendalam dengan kepala sekolah PAUD laki-laki, guru, dan wali murid, observasi partisipatif, dan dokumentasi. Data yang diperoleh kemudian dianalisis melalui tahapan reduksi data, penyajian data, dan verifikasi data. Keabsahan data diuji menggunakan triangulasi. Fokus penelitian ini pada peran dan praktik profesionalisme kepala sekolah PAUD Laki-Laki dalam penyelenggaraan pendidikan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mendeskripsikan profesionalisme Kepala PAUD laki-laki dalam penyelenggaraan PAUD di RA Perwanida Tamansari Karanglewas Banyumas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Bapak Kepala RA Perwanida Tamansari Karanglewas Banyumas menampilkan profesionalisme yang tinggi dalam berbagai perannya sebagai kepala PAUD : edukator, manajer, administrator, supervisor, leader, inovator, dan motivator. Secara keseluruhan, profesionalisme Kepala PAUD laki-laki di RA Perwanida Tamansari memberikan dampak signifikan pada kualitas penyelenggaraan PAUD, menantang stereotip gender, dan menyediakan model peran yang seimbang bagi anak-anak. Temuan ini menegaskan bahwa efektivitas kepemimpinan di PAUD tidak hanya ditentukan oleh gender, tetapi oleh kualitas kompetensi profesional, visi, dan kemampuan interpersonal pemimpin. Namun, perlu dicatat bahwa penelitian ini memiliki keterbatasan fokus pada satu lokasi tunggal di RA Perwanida Tamansari dan satu subjek kepala PAUD laki-laki (Bapak Kepala RA), serta menggunakan pendekatan kualitatif yang tidak memungkinkan generalisasi hasil secara kuantitatif atau penentuan hubungan sebab akibat yang pasti.