Fenomena pernikahan yang terjadi secara tidak sengaja adalah keadaan di mana pernikahan berlangsung akibat kehamilan di luar ikatan pernikahan, biasanya dilakukan tanpa persiapan mental, emosional, dan ekonomi yang memadai. Keadaan ini sering menyebabkan berbagai permasalahan dalam rumah tangga, terutama dalam aspek komunikasi dan pemecahan masalah. Salah satu hal terpenting dalam membangun hubungan rumah tangga yang harmonis adalah keterbukaan diri, yaitu keinginan individu untuk berbagi pemikiran, emosi, dan pengalaman pribadinya kepada pasangan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis studi kasus. Subjek penelitian terdiri dari empat pasangan seks pranikah yang ada di Dusun Slatri, Desa Wangon, Kecamatan Wangon, Kabupaten Banyumas. Obyek dalam penelitian ini adalah keterbukaan diri pada pasangan seks pranikah dalam menyelesaikan problematika rumah tangga. Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi, kemudian dianalisis menggunakan teknik analisis data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat keterbukaan diri antar pasangan berbeda-beda tergantung pada latar belakang hubungan sebelum pernikahan, dan pola komunikasi yang dibangun setelah menikah. Faktor-faktor yang mempengaruhi keterbukaan diri diantaranya yaitu pengungkapan yang dilakukan orang lain, topik yang disampaikan, dan kepribadian. Sedangkan dampaknya yaitu, meningkatkan kepercayaan dan kedekatan, meningkatkan keterhubungan emosional, mendorong dukungan emosional, dan meningkatkan kepuasan dalam hubungan. Penelitian ini menyimpulkan bahwa keterbukaan diri berperan penting dalam membentuk komunikasi yang sehat dan menyelesaikan problematika rumah tangga pada pasangan seks pranikah. Kata Kunci: Keterbukaan Diri, Pasangan Seks Pranikah, Problematika Rumah Tangga