Arisan gabah merupakan bentuk arisan yang menggunakan gabah (padi kering) sebagai alat simpan nilai, di mana para peserta menyetorkan gabah setiap musim panen dan secara bergiliran mendapat giliran menerima hasil arisan. Praktik ini menarik untuk dikaji karena terdapat keunikan, seperti perbedaan jenis gabah yang disetorkan oleh peserta, adanya kemungkinan ketimpangan nilai hasil arisan jika dinominalkan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis praktik arisan gabah di Desa Kemangguan Kecamatan Alian Kabupaten Kebumen dalam perspektif fikih muamalah. Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan empiris dengan jenis penelitian lapangan (field research). Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi terhadap pelaku arisan gabah, yaitu ketua, pengurus, dan anggota. Data dianalisis dengan metode deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa praktik arisan gabah di Desa Kemangguan Kecamatan Alian Kabupaten Kebumen merupakan bentuk gotong royong petani dengan sistem penyetoran gabah kering setiap musim panen, di mana peserta yang mendapatkan arisan terlebih dahulu berkewajiban menyetorkan kembali kepada anggota lainnya pada periode berikutnya. Praktik ini mengandung unsur akad qard} (utang-piutang) dan potensi garar (ketidakjelasan) akibat fluktuasi nilai gabah. Namun, karena objek transaksi berupa barang fisik (‘ainiyah) dan disepakati sejak awal tanpa menimbulkan sengketa, maka garar tersebut tergolong ringan (garar yasīr) yang dimaafkan dalam hukum Islam. Mayoritas ulama membolehkan arisan berbasis akad qard} selama tidak mengandung riba atau manfaat yang disyaratkan, serta dilakukan atas dasar tolong-menolong (ta‘āwun). Oleh karena itu, praktik arisan gabah ini dapat dianggap sah dan sesuai dengan prinsip fikih muamalah karena menjunjung asas keadilan, kesepakatan, dan solidaritas antar peserta. Kata Kunci : Arisan Gabah, Qard, Fikih Muamalah.