Perkawinan adalah satu-satunya akad yang diridhoi oleh Allah SWT yang dilakukan oleh seorang laki-laki dan perempuan (bukan mahrom) untuk hidup bersama. Pergeseran pemaknaan mengenai syariat perkawinan, terkait adanya fenomena marriage is scary di media sosial, sejalan dengan maraknya kasus rumah tangga berupa KDRT, perselingkuhan, budaya patriarki, perceraian dan masih banyak lagi, mempengaruhi perempuan usia dewasa muda memutuskan untuk menunda bahkan tidak menikah. Penelitian ini bertujuan mengetahui bagaimana fenomena marriage is scary terjadi pada perempuan dewasa muda di wilayah Purwokerto serta implikasi perubahan hukum perkawinan pada mereka karena sebab tersebut. Penelitian ini merupakan jenis penelitian lapangan (field research), dengan sumber data utama diperoleh dari teknik snowball sampling dan purposive sampling sehingga ditetapkan ada 9 informan yang sesuai dengan kriteria dan penentuan tempat yaitu wilayah Purwokerto. Adapun pendekatan yang digunakan adalah deskriptif-analitis dengan riset fenomenologi dari metode pengumpulan data utama yaitu wawancara dan observasi. Hasil penelitian ini yang pertama, menurut analisis teori yang dipakai fenomena marriage is scary di wilayah Purwokerto disebabkan oleh beberapa faktor dan alasan diantaranya pengaruh media sosial terkait isu-isu rumah tangga, meningkatnya aspek kehidupan yang memberikan kesempatan untuk perempuan fokus pada perkembangan diri, broken home, trauma emosional, standar yang tinggi, sikap ingin bebas dan tidak siap secara fisik dan mental. Kedua, dengan pandangan Syafi’iyah, bagi seseorang yang mengalami ketakutan dan trauma emosional, hukum menikah baginya adalah makruh, sedangkan apabila keputusan tidak menikah mempengaruhi orang lain maka menjadi haram. Fenomena marriage is scary bertentangan dengan teori maqasid syariah Jasser Auda yaitu pada ḥifẓ al‘aql (perlindungan akal), ḥifẓ an-nasl (keturunan) dan ḥifẓ al-‘irḍ (kemaslahatan diri). Kata kunci: Perkawinan, Fenomena Marriage is Scary, Perempuan Dewasa Muda, Takut dan Cemas.