Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis konstruksi pesan dalam konten style hijab turban yang dipublikasikan melalui akun TikTok @h0ney229. Dalam konteks masyarakat Indonesia yang mayoritas beragama Islam, hijab bukan sekadar kewajiban religius, melainkan juga telah menjadi bagian dari tren fashion yang terus berkembang. Fenomena hijab turban yang dipopulerkan melalui media sosial, khususnya TikTok, menimbulkan polemik mengenai kesesuaian gaya berhijab dengan nilai-nilai syariat Islam. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus (case study), metode pengumpulan data melalui observasi konten TikTok, wawancara dengan lima mahasiswi Universitas Islam Negeri Prof. K. H Saifuddih Zuhri Purwokerto yang menggunakan hijab turban dan tiga followers akun TikTok @h0ney229, serta dokumentasi. Teori konstruksi sosial oleh Peter L. Berger dan Thomas Luckmann digunakan sebagai kerangka analisis utama dalam mengkaji proses konstruksi pesan yang meliputi tahap eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa akun @h0ney229 secara aktif membangun citra hijab turban sebagai simbol gaya hidup modern yang stylish dan praktis melalui visualisasi kreatif dan narasi positif. Namun, konstruksi pesan tersebut juga memunculkan ambiguitas nilai antara estetika fashion dan syariat Islam, yang kemudian memicu beragam respon di kalangan mahasiswa. Penelitian ini menyimpulkan bahwa media sosial berperan besar dalam membentuk persepsi dan perilaku berpakaian generasi muda Muslimah. Oleh karena itu, diperlukan kesadaran kritis dalam menyikapi konten fashion hijab agar tetap selaras dengan prinsip keislaman. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan kajian komunikasi, khususnya terkait dengan representasi religiusitas dan identitas Muslimah dalam media digital.