Tradisi Tenongan merupakan sebuah tradisi yang dilaksanakan dalam rangka menyambut dan merayakan tahun baru Islam atau Muharram. Tradisi ini dilaksanakan di Desa Derik, Kecamatan Susukan, Kabupaten Banjarnegara. Untuk waktu pelaksanaannya sendiri yaitu setahun hanya sekali dibulan Muharram dengan ketentuan dihari Selasa Kliwon atau Jum’at Kliwon. Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui makna simbol yang terdapat dalam tradisi Tenongan di Desa Derik, Kecamatan Susukan, Kabupaten Banjarnegara. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori simbol Clifford Geertz. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode kualitatif deskriptif. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi partisipatif, wawancara mendalam, dan juga dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan yaitu berupa reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tradisi Tenongan di Desa Derik sering disebut juga dengan suran atau sedekah bumi. Dalam tradisi Tenongan terdapat tiga konsep dimana budaya sebagai pengetahuan, budaya sebagai nilai, dan budaya sebagai simbol. Simbol-simbol yang digunakan dalam tradisi baik simbol benda, simbol makanan, simbol, perilaku, maupun simbol hari pelaksanaan semuanya mengandung makna baik berupa makna syukur, doa, maupun harapan. Selain itu juga terdapat nilai-nilai yang bisa diterapkan dalam kehidupan seperti nilai religius, nilai kebersamaan dan kesetaraan sosial, nilai persatuan dan juga kerukunan, serta nilai pelestarian budaya. Kata Kunci: Makna, Simbol, Tradisi Tenongan, Desa Derik