Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pentingnya memahami persepsi jamaah terhadap komunikasi transendental manusia dengan Tuhan melalui kegiatan manaqib yang dipimpin oleh Kyai Yunani di Sirau, Banyumas. Komunikasi transendental menjadi bagian penting dalam pengalaman spiritual umat beragama, khususnya dalam membentuk keyakinan dan perilaku keberagamaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap bagaimana persepsi jamaah dibentuk oleh pengalaman batin dan fisik dalam konteks praktik manaqib. Penelitian ini menggunakan Metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Data diperoleh melalui wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi terhadap tujuh informan. Teori persepsi Jalaluddin Rakhmat menjadi landasan analisis, dengan menekankan dua faktor yang memengaruhi persepsi, yaitu faktor fungsional (pengalaman, motivasi, dan kepribadian) dan faktor struktural (stimulus fisik). Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi jamaah manaqib Kyai Yunani Sirau Banyumas tentang komunikasi transendental manusia dengan Tuhan terbentuk melalui dua faktor utama, yakni faktor fungsional dan faktor struktural. Faktor fungsional mencakup pengalaman pribadi berupa ketenangan batin, petunjuk melalui mimpi, serta perubahan kepribadian seperti menjadi lebih sabar dan rendah hati. Motivasi batiniah untuk memperoleh ketenangan dan perlindungan juga memperkuat persepsi akan adanya komunikasi dengan Tuhan. Sementara itu, faktor struktural tampak melalui respon fisik yang dialami jamaah, seperti kesembuhan penyakit dan pengobatan melalui doa serta penggunaan obat herbal, yang diyakini sebagai bentuk jawaban Tuhan. Persepsi tersebut mendorong perubahan kepribadian dan peningkatan kualitas ibadah, menjadikan ibadah sebagai kebutuhan spiritual, serta memperkuat keimanan dan ketakwaan dalam kehidupan sehari-hari.