Penelitian ini mengkaji konsep kafāʾah dīniyyah dalam pernikahan berdasarkan QS. Al-Baqarah ayat 221 dengan menggunakan pendekatan hermeneutika Hans-Georg Gadamer. Ayat tersebut secara tegas melarang pernikahan antara Muslim dengan non-Muslim, menekankan pentingnya kesetaraan dalam aspek keimanan sebagai dasar keharmonisan rumah tangga. Dalam studi ini, konsep Kafāʾah tidak hanya dipahami sebagai kesetaraan sosial atau ekonomi, melainkan lebih ditekankan pada dimensi Dīniyyah sebagai landasan spiritual yang kokoh dalam membangun keluarga sakinah, mawaddah, wa rahmah. Penelitian ini merupakan studi kualitatif berbasis library research, dengan teknik analisis hermeneutis Gadamer yang mencakup pra-pemahaman (pre-understanding), keterpengaruhan sejarah (historical consciousness), peleburan cakrawala (fusion of horizons), dan teori aplikasi. Melalui analisis ini, ditemukan bahwa Kafāʾah dalam perspektif QS. Al-Baqarah: 221 merupakan instrumen untuk menjaga keutuhan rumah tangga dari konflik ideologis yang berakar pada perbedaan agama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa para mufasir klasik maupun kontemporer secara umum sepakat bahwa aspek Dīniyyah adalah unsur utama dalam menilai kesepadanan pasangan, keimanan seseorang terhadap agamanya adalah syarat mutlak, bukan semata pilihan dalam membangun keluarga yang kokoh dan bernilai ibadah. Dalam konteks kekinian, ayat ini dapat ditafsirkan sebagai ajakan untuk menjadikan agama sebagai pondasi relasi, bukan formalitas. Pendekatan hermeneutika Gadamer memberikan pemahaman baru bahwa makna teks tidak statis, melainkan berkembang sesuai konteks sejarah dan pembacanya. Dengan demikian, penelitian ini memberikan kontribusi dalam pengembangan tafsir Al-Qur’an dan memberikan wawasan aplikatif bagi masyarakat dalam membentuk keluarga yang harmonis berdasarkan prinsip Kafāʾah Dīniyyah.