Fenomena childfree yang mulai diadopsi oleh sebagian Generasi Z, termasuk mahasiswa Fakultas Syariah UIN Prof. K. H. Saifuddin Zuhri Purwokerto, mencerminkan adanya pergeseran nilai dalam memaknai pernikahan. Keputusan untuk tidak memiliki anak sebagai pilihan hidup kerap dipandang sebagai bentuk kebebasan individu dalam menentukan arah rumah tangga. Namun, dalam konteks hukum Islam, pemikiran ini menimbulkan pertanyaan mendalam tentang kesesuaiannya dengan tujuan pernikahan yang telah ditetapkan oleh syariat, yaitu melanjutkan keturunan (ḥifẓ al-Nasl). Penelitian ini merupakan penelitian lapangan field research dengan pendekatan kualitatif yang dilakukan terhadap mahasiswa Fakultas Syariah sebagai representasi dari Generasi Z yang memahami dasar-dasar hukum Islam. Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam dan dianalisis menggunakan pendekatan sosiologis normatif, dengan merujuk pada prinsip maqāṣid syarī‘ah, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, serta Kompilasi Hukum Islam (KHI). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 12 mahasiswa memahami childfree sebagai bagian dari kebebasan memilih dalam pernikahan. Faktor yang memengaruhi pemikiran ini meliputi kesiapan mental, ketidakstabilan ekonomi, hingga tekanan sosial. Namun, dalam perspektif hukum Islam, pilihan untuk childfree dinilai tidak sejalan dengan prinsip maqāṣid syarī‘ah, terutama dalam hal menjaga keturunan sebagai bentuk tanggung jawab moral dan sosial. Oleh karena itu, diperlukan pemahaman yang lebih mendalam dan edukasi yang komprehensif agar Generasi Z tidak hanya mempertimbangkan aspek kebebasan, tetapi juga keselarasan dengan nilainilai Islam dalam mengambil keputusan berumah tangga. Kata Kunci: Childfree, Generasi Z, Hukum Islam, Maqāṣid Syarī‘ah, Ḥifẓ alNasl