Wakaf sering kali menjadi sumber persengketaan, khususnya terkait dengan status kepemilikan tanah. Untuk mencegah terjadinya konflik tersebut, diperlukan upaya legalitas berupa sertifikasi tanah wakaf. Salah satu program pembuatan sertifikat tanah wakaf dilakukan oleh Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Purwokerto Selatan. Berdasarkan observasi awal, ditemukan bahwa masih rendahnya minat masyarakat dalam membuat sertifikat tanah wakaf menjadi permasalahan utama. Hal ini diduga disebabkan oleh kurangnya sosialisasi, pemahaman persepsi, dan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya sertifikasi tanah wakaf. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh sosialisasi, persepsi, dan kesadaran masyarakat terhadap minat pembuatan sertifikat tanah wakaf sebagai upaya pencegahan persengketaan. Metode yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan teknik analisis regresi linier berganda. Pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran kuesioner, dengan teknik penentuan sampel menggunakan purposive sampling dan perhitungan ukuran sampel berdasarkan rumus Slovin kemudian didapat jumlah sampel sebanyak 350 responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sosialisasi (X1), persepsi (X2), dan kesadaran masyarakat (X3) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap minat pembuatan sertifikat tanah wakaf (Y). Temuan ini sejalan dengan teori minat yang dikemukakan oleh Slameto, yang menyatakan bahwa minat dipengaruhi oleh pengetahuan, pemahaman, dan regulasi yang sesuai. Oleh karena itu, peningkatan sosialisasi, persepsi, dan kesadaran masyarakat menjadi penting dalam mendorong minat pembuatan sertifikat tanah wakaf sebagai upaya preventif terhadap potensi sengketa.