Pinjaman online merupakan bagian dari financial technology yang pertumbuhannya cukup cepat di Indonesia. Data menunjukkan bahwa 60% pengguna pinjaman online berasal dari rentang usia 19 sampai 24 tahun. Namun, penggunaannya tidak semata-mata untuk memnuhi kebutuhan dasar, melainkan lebih didorong oleh gaya hidup konsumtif yang dipicu oleh tekanan sosial, seperti fenomena fear of missing out dan perilaku flexing. Minimnya tingkat literasi keuangan dikalangan generasi Z menjadi faktor yang memperburuk kondisi ini, di mana individu cenderung kurang memahami risiko dan pengelolaan keuangan dengan bijak. Kurangnya pemahaman, kesadaran serta keterampilan dalam menggunakan layanan penggunaan pinjaman online yang tidak bertanggungjawab menyebabkan dampak negatif terhadap kondisi keuangan. Gaya hidup seperti ini semakin marak dan menjadi tren yang cukup mengkhawatirkan di kalangan Generasi Z, khususnya di Kabupaten Banyumas. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh fear of missing out dan flexing terhadap penggunaan pinjaman online dengan literasi keuangan sebagai variabel moderasi pada generasi Z di Kabupaten Banyumas menggunakan pendekatan kuantitatif. Sampel pada penelitian ini diambil dengan teknik purposive sampling dan pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran serta pengisian kuesioner. Hasil analisis menggunakan program IBM SPPS 29, menunjukkan bahwa fear of missing out tidak berpengaruh terhadap penggunaan pinjaman online. Flexing berpengaruh positif terhadap penggunaan pinjaman online. Fear of missing out dan flexing secara simultan berpengaruh terhadap penggunaan pinjaman online. Literasi keuangan tidak dapat memoderasi pengaruh fear of missing out dan flexing terhadap penggunaan pinjaman online.