Ḥaḍānah merupakan tanggung jawab penting dalam Islam yang mencakup pemeliharaan, pengasuhan, dan pendidikan anak hingga mereka mampu berdiri sendiri. Dalam praktiknya, pengasuhan anak tidak hanya dilakukan dalam lingkungan keluarga, namun juga dapat dipercayakan kepada lembaga pendidikan seperti pondok pesantren. Di era saat ini, banyak orang tua yang menitipkan anak-anak mereka ke pesantren sejak usia dini untuk mendapatkan pendidikan agama dan pembinaan karakter. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis implementasi ḥaḍānah dalam pembinaan santri di lingkungan pondok pesantren dilihat dari teori maqāṣid syarīah. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengidentifikasi pola asuh yang diterapkan oleh pembina sebagai wujud tanggung jawab pengasuhan.​Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan model penelitian lapangan (field research). Penelitian ini meneliti beberapa beberapa narasumber yang terdiri dari pembina, santri, dan wali santri yang ada di PPTQ Al-Asy’ariyyah 8 Jalan Raya Jawar Km 01, Desa Kalibeber, Kecamatan Mojotengah, Kabupaten Wonosobo. Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sosiologis dengan teori maqaṣid syariah dan menggunakan teknik pengumpulan data observasi yang ada di PPTQ Al-Asy’ariyyah 8 Wonosobo serta melakukan wawancara dan dokumentasi kepada 9 narasumber yang dijadikan informan dalam penelitian ini.​Hasil penelitian ini menyimpulkan dua hal, pertama bahwa implementasi ḥaḍānah yang dialihkan kepada pembina bisa terlaksana dengan baik. Pola asuh yang digunakan oleh pembina merupakan pola asuh kombinasi antara pola asuh otoriter dengan pola asuh demokratis sehingga anak terbentuk menjadi taat aturan, berkemampuan berpikir kritis, dan mandiri. Kedua analisis perspektif maqaṣid syariah mengenai implementasi ḥaḍānah mencakup tiga tujuan yaitu menjaga agama (hifz al-din), menjaga jiwa (hifz al-nafs), dan menjaga akal (hifz al-aql).