Praktik pembacaan istigāṡah al-Musabbi’āt di Pondok Pesantren Al-Faqih Moga Pemalang merupakan kegiatan keagamaan yang unik karena dilaksanakan setiap Sabtu pagi di akhir bulan, bertepatan dengan jadwal kunjungan santri dan melibatkan wali santri. Hal ini membedakannya dari istigāṡah pada umumnya yang dilakukan malam hari dan hanya oleh kalangan santri. Penelitian ini memfokuskan kajian pada praktik pembacaan istigāṡah al-Musabbi’āt dan menganalisisnya menggunakan teori tindak tutur (speech act) J. L. Austin, yang terdiri dari tiga aspek: lokusi, ilokusi, dan perlokusi. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan data primer dari pengasuh pondok, guru-guru, santri, dan wali santri. Sedangkan data sekundernya dari literatur yang relevan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan dimulai dengan apel pagi, salat Dhuha, pembacaan Simthud Durar, sambutan, kemudian pembacaan al-Fatiḥah (tawāṣul), istighfar, doa ampunan (QS al-A‘rāf: 23), doa keselamatan, surah al-Musabbi’āt (masing-masing 7 kali: al-Fātiḥah, al-Insyirāḥ, al-Qadr, al-Ikhlāṣ, al-Falaq, al-Nās), doa, shalawat Burdah, dan syair doa Abu Nawas. Jika praktik dianalisis dengan teori speech act J. L. Austin dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Tindak lokusi, meliputi bacaan al-Fātiḥah (tawāşul), istighfar, doa ampunan (Q. S Al-A’raf: 23), doa keselamatan, surah al-Musabbi‘āt, doa, shalawat burdah, dan syair doa Abu Nawas. 2. Tindak ilokusi, mencakup tujuan dan maksud di balik pembacaan istigāṡah al-Musabbi’āt, yaitu untuk memohon perlindungan, pertolongan, sarana mendekatkan diri kepada Allah SWT, sarana berdoa, dan sarana silaturrahmi. 3. Tindak perlokusi, mecakup efek dan dampak setelah mengikuti rangkaian pembacaan istigāṡah al-Musabbi’āt, berupa: ketenangan batin, mendatangkan rezeki, rasa aman, dan meningkatkan semangat belajar. Kata-Kata Kunci: Istigāṡah, al-Musabbi’āt, Speech Act.