Penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA) merupakan masalah sosial kompleks yang mengancam bangsa Indonesia dan bersifat fluktuatif. Mayoritas pengguna berada pada usia produktif (15-49 tahun). Korban penyalahgunaan NAPZA seringkali menghadapi tantangan reintegrasi sosial pasca rehabilitasi, termasuk stigma negatif masyarakat dan risiko kekambuhan (relapse). Sentra Satria Baturraden sebagai pusat rehabilitasi menyediakan program rehabilitasi sosial berbasis ATENSI dengan salah satu rangkaian berupa pemberian program after care, termasuk pelatihan vokasional dan pembinaan kewirausahaan, untuk membantu mantan pengguna NAPZA meningkatkan kapasitas dan keterampilan sebagai bekal reintegrasi sosial. Namun efektivitas program ini dalam mendukung kehidupan pasca rehabilitasi masih perlu dikaji lebih mendalam. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara mendalam (in-depth interview), dan dokumentasi. Data dianalisis melalui reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan untuk menjawab rumusan masalah terkait peningkatan kapasitas dan keterampilan serta faktor-faktor yang memengaruhinya. Hasil penelitian menunjukkan pelatihan vokasional dan pembinaan kewirausahaan di Sentra Satria Baturraden berperan signifikan dalam meningkatkan kapasitas dan keterampilan mantan pengguna NAPZA. Program after care seperti Sentra Kreasi ATENSI (SKA) dan bantuan modal usaha membantu mereka bertahan hidup (survive) pasca rehabilitasi. Namun, keberhasilan reintegrasi sangat dipengaruhi oleh faktor internal (penerimaan diri, motivasi) dan eksternal (dukungan keluarga, lingkungan sosial). Studi kasus menunjukkan bahwa partisipasi aktif dalam pelatihan vokasional dan dukungan berkelanjutan dari Sentra Satria mampu mengurangi risiko relapse dan meningkatkan kemandirian ekonomi.