Museum Wayang Banyumas merupakan destinasi wisata edukasi yang menyajikan berbagai peninggalan warisan budaya seperti koleksi wayang, alat musik gamelan dan lain sebagainya. Keberadaan museum ini berperan penting dalam pelestarian budaya lokal Banyumasan kepada wisatawan terutama generasi muda. Strategi komunikasi yang dilakukan oleh pengelola Museum Wayang Banyumas kepada wisatawan dengan cara menciptakan komunikasi yang efektif kepada wisatawan sehingga informasi yang diberikan mampu dipahami dan dimengerti. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi komunikasi pengelola Museum Wayang Banyumas dalam mengenalkan sejarah pewayangan serta mengetahui faktor pendukung dan faktor penghambat pengelola Museum Wayang Banyumas dalam mengenalkan sejarah pewayangan kepada wisatawan. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data dalam skripsi ini yaitu dengan 3 metode: observasi, wawancara, dan dokumentasi. Dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis data yaitu reduksi data, penyajian data, dan kesimpulan. Teori yang digunakan Teori Komunikasi (Lasswell) meliputi komunikan, pesan, media, komunikator dan efek, Strategi Komunikasi, Komunikasi Pariwisata, dan Pengelola museum sebagai Komunikator Budaya Menggunakan teori komunikasi Lasswell mendapatkan hasil bahwa pemandu wisata mampu meningkatkan pengetahuan pengunjung mengenai sejarah pewayangan melalui pendekatan informatif yang disampaikan secara langsung dan edukatif dengan informasi yang disampaikan sedikit humor, penggunaan media audio visual, penyesuaian gaya komunikasi sesuai dengan karakteristik wisatawan, dan memberikan efek kepada wisatawan yang sebelumnya tidak mengetahui sejarah pewayangan menjadi lebih paham. Namun demikian, terdapat kendala seperti keterbatasan dalam penguasaan bahasa asing dan belum optimalnya pemanfaatan wayang asli dalam penyampaian informasi. Oleh karena itu, diperlukan peningkatan kompetensi pemandu dan inovasi media yang digunakan untuk menarik minat wisatawan.