Setiap orang tua mendambakan anak yang tumbuh sehat dan normal, namun realitas tidak selalu demikian. Bagi orang tua tunggal yang memiliki anak dengan cerebral palsy, tantangan yang dihadapi menjadi lebih kompleks, baik dari segi fisik, emosional, maupun sosial. Dalam kondisi seperti ini, support group menjadi wadah penting yang dapat membantu orang tua tunggal mengembangkan resiliensi, yaitu kemampuan untuk bangkit dan beradaptasi di tengah tekanan dan kesulitan hidup. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk support group yang terbentuk di Paguyuban Peduli Disabilitas Ganda Banyumas serta perannya dalam mengembangkan resiliensi pada orang tua tunggal anak cerebral palsy. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Teknik pengumpulan data meliputi wawancara, observasi, dan dokumentasi. Subjek penelitian adalah orang tua tunggal anak cerebral palsy yang tergabung dalam paguyuban tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh subjek memperoleh dukungan yang bermakna melalui support group, baik dalam bentuk dukungan emosional, informasi, maupun instrumental. Dukungan yang diberikan antar anggota paguyuban terbukti memberikan manfaat positif dalam meningkatkan resiliensi para orang tua tunggal sesuai dengan teori yang digunakan yakni 7 Faktor Pembentuk Resiliensi oleh Reivich dan Shatte yang meliputi regulasi emosi, analisis kausal, pengendalian impuls, optimisme, reaching out, empati, efikasi diri. Kata kunci: support group, resiliensi, orang tua tunggal, cerebral palsy, paguyuban