Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap makna representasi sekte Gooseonwon dalam drama Korea Save Me, dengan menggunakan pendekatan semiotika Roland Barthes dan teori representasi Stuart Hall. Subjek penelitian adalah drama Korea Save Me yang tayang pada tahun 2017 di saluran OCN. Drama ini menarik untuk diteliti karena fenomena sekte menjadi isu yang sensitif namun terus muncul dalam berbagai representasi media, termasuk dalam drama Korea. Kasus-kasus mengenai penyimpangan ajaran agama oleh kelompok tertentu pun kerap muncul di pemberitaan Korea Selatan dan menjadi sorotan publik. Dalam konteks masyarakat Korea yang dikenal religius namun juga menghadapi krisis spiritual, kemunculan sekte digambarkan sebagai ancaman nyata terhadap kehidupan sosial dan moral. Penelitian ini menganalisis simbol-simbol yang muncul dalam narasi, karakter, dan visual dalam drama, yang merepresentasikan fenomena sekte agama dan membentuk konstruksi makna serta mitos dalam konteks budaya populer Korea Selatan. Data primer diperoleh melalui observasi teks visual dan dialog yang dianalisis secara mendalam menggunakan model denotasi, konotasi, dan mitos dari Barthes dan konsep representasi dari Hall. Data dianalisis melalui reduksi dan klasifikasi tematik berdasarkan lima elemen representasi sekte Gooseonwon, yakni fanatisme pengikut, klaim kebenaran, pemimpin karismatik, ketertutupan komunitas, dan diskriminasi terhadap pihak luar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa drama Save Me merepresentasikan praktik sekte keagamaan tidak hanya sebagai bentuk penyimpangan spiritual, tetapi juga sebagai hasil konstruksi ideologi sosial yang membentuk mitos-mitos seperti kesetiaan mutlak, kebenaran tunggal, otoritas suci, eksklusivitas ajaran, hingga stigma terhadap pihak luar. Representasi ini menegaskan bagaimana media populer menjadi arena bagi kerja ideologi yang memperkuat atau menantang struktur sosial melalui narasi visual dan simbolik.