Penguatan kultur religius menjadi kebutuhan mendesak dalam menghadapi krisis moral generasi muda dan derasnya arus globalisasi. Madrasah sebagai lembaga pendidikan Islam memiliki tanggung jawab strategis dalam menanamkan nilai-nilai religius sejak dini melalui pembiasaan, keteladanan, serta lingkungan belajar yang kondusif. MI Muhammadiyah Gumiwang dan MI Ma’arif NU 01 Sokanegara merupakan representasi dua lembaga yang berakar dari organisasi Islam berbeda Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama yang memiliki pendekatan khas dalam mengembangkan karakter religius siswa. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menganalisis manajemen program pembiasaan kultur religius di kedua madrasah tersebut. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi. Subjek penelitian terdiri atas kepala madrasah, guru, serta peserta didik dari masing-masing lembaga. Proses analisis data dilakukan secara induktif dengan teknik reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan, serta diuji validitasnya melalui triangulasi sumber dan teknik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa MI Muhammadiyah Gumiwang mengembangkan manajemen program kultur religius secara sistematis berdasarkan visi Islam Berkemajuan dengan penekanan pada disiplin ibadah, tahfidz terukur, serta kegiatan sosial keagamaan. Sementara itu, MI Ma’arif NU 01 Sokanegara menerapkan pendekatan berbasis tradisi Ahlussunnah wal Jama’ah dengan penguatan amaliah keagamaan seperti Yasinan, Tahlil, pembacaan Asmaul Husna, dan keterlibatan orang tua dalam pembinaan tahfidz. Kedua madrasah berhasil menciptakan lingkungan religius yang kondusif dan membentuk karakter Islami siswa, meskipun dengan model pendekatan yang berbeda. Temuan ini menunjukkan bahwa keberhasilan program kultur religius sangat bergantung pada sinergi antara visi kelembagaan, strategi manajerial, dan dukungan masyarakat. Kata Kunci: Kultur Religius, Madrasah Ibtidaiyah, Manajemen Program