Penelitian ini menganalisis larangan tajassus dalam Q.S. al-Hujurāt ayat 12 melalui pendekatan semantik Toshihiko Izutsu dan teori perkembangan kognitif Jean Piaget. Tajassus didefinisikan sebagai penyelidikan diam-diam terhadap kesalahan atau rahasia orang lain tanpa alasan sah, yang dilarang dalam Islam karena berdampak negatif pada privasi, memicu su’uẓann (prasangka buruk), dan merusak kohesi sosial. Metode penelitian kualitatif dengan studi kepustakaan (library research) digunakan untuk menggabungkan analisis linguistik-semantik dan psikologis. Analisis Izutsu mengungkap tiga aspek makna: (1) makna dasar dari akar kata ج س س yang bermuatan negatif, (2) relasi konseptual dengan su’uẓann dan ghibah sebagai rantai perilaku destruktif, serta (3) perkembangan historis dari masa pra-Islam dikritik dalam syair Jahiliyah hingga pasca-Qur’anik dilarang dengan pengecualian untuk investigasi hukum. Dari perspektif Jean Piaget, larangan ini dipahami melalui mekanisme kognitif: asimilasi integrasi nilai privasi ke skema moral, akomodasi penyesuaian saat menghadapi konflik, dan ekuilibrasi keseimbangan baru yang mengutamakan privasi. Larangan tajassus mengubah kecurigaan menjadi penghargaan privasi melalui proses kognitif yang memperkuat kesehatan mental dan kedewasaan sosial. Larangan ini relevan pada tahap operasional formal, di mana individu mampu memahami konsekuensi abstrak seperti kepercayaan sosial. Implikasi penelitian mencakup perluasan kajian tafsir berbasis multidisiplin serta panduan edukasi moral di era digital, khususnya dalam membedakan tajassus (terlarang) dan tabayyun (verifikasi sah).