Penyalahgunaan narkoba tidak hanya berdampak pada individu pelaku, tetapi juga membawa tekanan sosial dan psikologis bagi keluarga, terutama orang tua. Stigma negatif dari lingkungan, munculnya perasaan marah, kecewa, malu, bahkan syok merupakan reaksi emosional ketika mengetahui anak terjerat dalam lingkaran barang haram tersebut. Meskipun berada dalam tekanan, orang tua tetap menunjukkan kemampuan bertahan dan menjalani peran serta tanggung jawabnya. Dalam situasi ini, religious coping menjadi salah satu mekanisme penting yang digunakan orang tua untuk membangun ketahanan diri atau resiliensi dalam menghadapi permasalahan hidup yang berat. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui dan memahami peran religious coping dalam membangun resiliensi orang tua yang memiliki anak penyalahguna narkoba di Desa Ledug, Banyumas. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Jumlah subjek dalam penelitian ini berjumlah tiga orang tua yang anaknya terlibat kasus penyalahgunaan narkoba, yang dipilih menggunakan teknik purposive sampling. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga subjek menunjukkan bentuk religious coping positif menurut Teori Pargament, seperti benevolent religious reappraisal, collaborative coping, seeking spiritual support, religious purification, spiritual connection, dan religious forgiving. Religious coping tersebut berperan dalam membentuk aspek-aspek resiliensi sebagaimana dikemukakan oleh Reivich dan Shatte, meliputi regulasi emosi, optimisme, pengendalian impuls, analisis kausal, efikasi diri, dan empati. Religious coping memberikan ketenangan batin, kekuatan spiritual, dan harapan bagi orang tua untuk tetap bertahan serta menjalani kehidupan secara lebih positif di tengah tekanan akibat penyalahgunaan narkoba yang dilakukan oleh anaknya. Kata Kunci : Religious Coping, Resiliensi, Orang tua, dan Penyalahgunaan Narkoba