Konsep dadi wong merupakan falsafah hidup masyarakat Jawa yang menekankan keseimbangan antara pencapaian lahiriah dan batiniah, serta mengandung nilai-nilai moral, sosial, dan spiritual. Di wilayah Banyumas,falsafah ini dimaknai secara khas oleh para budayawan sebagai tolok ukur keberhasilan hidup dan karier yang kontekstual. Penelitian ini bertujuan untuk memahami makna dadi wong dalam perspektif budayawan Banyumas serta bagaimana nilai tersebut diterapkan dalam pencapaian kesuksesan karier. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif fenomenologis, data diperoleh melalui wawancara mendalam dengan empat budayawan Banyumas yaitu Ahmad Tohari, Sumitro, Hadi Sumarto Sukendar, dan Sungging Suharto. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) dadi wong dimaknai sebagai kondisi kematangan pribadi yang mencakup kemandirian, kontribusi sosial, penguasaan bidang keahlian, dan integritas spiritual; (2) kesuksesan karier tidak hanya diukur dari jabatan atau materi, tetapi dari kebermanfaatan, keseimbangan hidup, dan kepuasan batin; (3) nilai-nilai dadi wong seperti eling lan waspada (mengingat Tuhan dan berhati-hati), unggah-ungguh (tata krama), tepa selira (empati), dan nrimo ing pandum (menerima takdir) menjadi etika dasar dalam kehidupan karier masyarakat Banyumas; dan (4) nilai-nilai tersebut berfungsi sebagai instrumen budaya dalam membentuk karakter karier yang adaptif, bermartabat, dan berakar pada tradisi lokal. Argumen utama penelitian ini adalah bahwa konsep dadi wong tidak hanya relevan sebagai nilai budaya, tetapi juga memiliki kontribusi praktis dalam membentuk orientasi kesuksesan karier yang lebih holistik, sekaligus menjadi instrumen pelestarian kearifan lokal di era modern. Kata Kunci: Dadi wong, Kesuksesan Karier, Budayawan Banyumas