Membacalah, Maka Awet Muda!
Advanced SearchMembaca, disebagian orang dianggap suatu aktifitas yang biasa saja. Membaca dianggap pekerjaan yang cepat menjenuhkan, membuat cepat ngantuk dan tidak nyaman duduk. Oleh karena itu, jika ada ajakan membaca seolah itu adalah intimidasi. Bagaimana tidak, dari semenjak masa kanak-kanak, remaja sampai dewasa, perintah membaca menjadi tema pesan yang terus menerus dijejali.
Guru, orang tua, saudara yang lebih tua, orang-orang sukses, motivator, penceramah, dosen, professor dan lainnya senantiasa melontarkan pesan itu baik secara verbal, non verbal, langsung, tidak langsung, dan terkadang dengan tekanan atau narasi tertentu, yang mengandung makna sama, perintah dan ajakan. Namun jangan apatis dulu. Coba renungkan dengan lebih tenang, penuh kesadaran, hati terbuka, mengapa pesan membaca selalu ada? Ada apa dibalik pesan membaca? Siapa para pemberi pesan itu?
Kita awali dengan pemberi pesan “membaca”. Kita amati sebagian banyak dari mereka adalah sosok yang memiliki kelebihan, atau lebih pantasnya disebut dengan keluhuran dibanding penerima pesannya. Baik keluhuran mental, keluhuran emosional, keluhuran budi dan intelektual. Dengan demikian, pesan membaca bukan pesan biasa. Ibarat mantra, itu adalah mantra aji mandraguna yang harus disampaikan oleh seorang suhu kepada muridnya. Bukan karena turun temurun dari leluhur sebelumnya, melainkan pembuktiannya sudah dulu dirasakan oleh mereka, dan mereka menginginkan kita mengikuti jejak dan merasakan hasilnya.
Dalam konteks reliji, membaca adalah perintah Tuhan untuk para makhluknya. Iqra, demikian dalam istilah lain yang memiliki arti sama dengan membaca yang menjadi pembuka dari seluruh pesan ilahiyah bagi umat manusia dibumi ini. Ini sebab lain kenapa pesan membaca harus selalu ada. Selain dari bentuk kepatuhan kepada Yang Maha Kuasa tentu memiliki makna dan manfaat yang sangat dalam dan tidak boleh kita abaikan.
Mengapa membaca?
Membaca adalah aktifitas kompleks yang melibatkan unsur internal berupa potensi fisik dan psikis serta unsur eksternal diluar diri manusia. Mencermati uraian sebelumnya, setidaknya ada dua hal yang harus dicermati. Pertama, mengapa harus ada pesan atau perintah membaca. Kedua, siapa saja yang membawakan pesan membaca itu. Dalam arti pihak yang memang memiliki hak dan kewajaran berpesan itu.
Pertama, pesan membaca itu berbeda dengan pesan atau anjuran makan, mandi, minum, menikah, berhias, bekerja dan sebagainya. Alasan karena hasrat membaca tidak muncul secara naluriah. Sebaliknya, pesan-pesan lainnya akan muncul secara naluriah. Jika membaca akan menemukan pengetahuan-pengetahuan lainnya. Sedangkan pengetahuan lainnya belum tentu menemukan pengetahuan tentang pentingnya membaca. Kita bisa membayangkan, peradaban manusia sebelum membaca dan setelah membaca akan ada perbedaanya. Sejarah tentang kemajuan Negeri Bagdad oleh khalifah Al Ma’mun adalah contoh sederhana tentang berkembangnya intelektualitas umat, melalui perkembangan ilmu pengetahuan dan perpustakaan. Namun ketika intelektual itu hancur, maka hancur moral, hancur peradaban.
Kedua, hampir semua pembawa pesan “membaca” adalah mereka yang sudah dahulu merasakan pengalaman baik positif maupun negatif. Pengalaman positif adalah hasil (result) dari setelah membaca. Membaca telah memberikan banyak manfaat baik materi maupun non materi. Membaca mempengaruhi pendapatan seseorang, sekaligus kebahagiaan, kepuasan, ketenangan seseorang. Seorang guru, dokter, motivator, profesor misalnya, adalah mereka yang sudah mengawali dan merasakan manfaat membaca. Kecerdasan, intelektualitas mereka karena banyak membaca. Ini artinya pengalaman positif bernilai positif.
Orang tua kita, boleh jadi tidak mengenal sekolah seperti saat ini, atau kalaupun sekolah tidak terlalu tinggi, atau pernah kuliah namun tidak begitu serius. Meski demikian, mereka sering berpesan kepada kita untuk rajin membaca. Yang semacam ini adalah contoh dari sebuah pengalaman negatif yang bernilai positif. Pengalamannya menjadi sebuah bahan ajar bagi generasi setelahnya tentang pentingnya membaca. Sebab keberhasilan bukan bawaan lahir atau turunan, tetapi harus diusakan. Ketika orang tua memerintahkan untuk sekolah, secara tersirat mengandung konteks perintah untuk membaca.
Manfaat membaca sudah dikaji dalam berbagai penelitian. Ada yang menyimpulkan 10 manfaat membaca, 26 manfaat membaca, dan 30 manfaat membaca. Dari semua hasil kajian itu setidaknya membaca memberikan dampak positif bagi seseorang dalam beberapa hal diantaranya:
- Mengembangkan kemampuan verbal seseorang. semakin banyak bahan bacaan akan semakin banyak kosakata dan rangkaian kalimat yang terekam. Kekayaan kosakata dan kalimat ini akan menunjang kemampuan verbal komunikasi seseorang.
- Membaca melatih konsentrasi dan focus berfikir. Hal ini karena setiap membaca fikiran dan indera akan focus pada teks-teks bacaan dan makna kandungan tulisan.
- Membaca mencerdaskan seseorang. sebab membaca menjadi bahan pengetahuan yang sanat berarti bagi perkembangan intelektual.
- Membaca meningkatkan daya ingat.
- Membaca meningkatkan kemampuan berpikir kritis
- Membaca memicu kreatifitas dan inovasi.
- Membaca mendukung kemahiran menulis.
- Membaca mengembangkan kepribadian (spiritual, akhlak, moral dan sosial)
- Membaca meningkatkan kesehatan tubuh.
- Membaca menenangkan pikiran, menghindari stress.
- Membaca adalah aktifitas membangun dan positif.
Membaca Memudakan
Dalam sebuah kata bijak disebutkan bahwa tuntutlah ilmu sampai akhir hayat. Pernyataan ini jika diresapi memiliki kandungan yang sangat dalam. Pertama, sebagai manusia kita tidak boleh merasa puas dengan pengetahuan sesaat dan saat itu. Kedua, bahwa setiap detik nafas manusia akan ada perubahan dan perkembangan di berbagai bidang. Ketiga, mengelola akal dan pikiran tidak dibatasi oleh usia.
Korelasinya dengan membaca, bahwa menuntut ilmu adalah aktivitas yang mendayagunakan segenap kemampuan jasmani dan rohani. Belajar memang tidak mesti membaca, bisa juga dalam bentuk mendengar, namun karena alasan tertentu, belajar dengan membaca adalah aktifitas kognisi yang sangat potensial menghidupkan kemampuan akal dan daya ingat.
Menurut sebuah penelitian yang pernah dilakukan oleh Huiling Peng et.al. (2009), orang yang sering melakukan aktifitas seperti membaca Koran, menulis surat, mengunjungi perpustakaan, bermain catur ternyata merupakan cara terbaik untuk pencegahan penurunan daya ingat dan meningkatkan kognisi. Dalam penelitiannya juga disebutkan bahwa otak ternyata memiliki kadar FA. Kadar FA ini yang nantinya berperan, salah satunya berfungsi mengendalikan umur. Aktifitas kognitif seseorang akan menentukan tinggi rendah kadar FA. Semakin tinggi aktifitas kognitif semakin meningkatkan struktural jaringan otak sehingga memperkuat sistem kognisi. Sebaliknya semakin berumur berpotensi banyak saraf otak yang mati. Inilah sumber munculnya beragam penyakit, seperti stroke, alzheimer, pikun, rematik, tumor dan lain sebagainya.
Manfaat membaca sebagai faktor penghambat penuaan. Dalam buku berjudul Proust and Squid: The Story and Science of the Reading Brain, Maryanne Wofl mengatakan bahwa ketika kita membaca berarti kita memiliki banyak kesempatan untuk berpikir (when you read, you have more time to think). Sejalan dengan hasil penelitian Huiling Pen at.al sebelumnya, bahwa aktifitas membaca akan memperpanjang usia otak manusia.
Dalam penelitian sebelumnya oleh Rice,.G. Elizabeth; Meyer, Bonnie J. F (1983) juga pernah memberikan kesimpulan dan saran bahwa lanjut usia yang secara wajar akan mengalami penambahan usia dan penuruna daya ingat (increasing age, decreasing recall), sebaiknya untuk terus membiasakan membaca agar memperbaiki daya ingat.
Dalam pernyataan lain disebutkan juga bahwa berdasarkan hasil kajian terbukti bahwa membaca memberikan kekuatan positif pada otak (reading has strong positive effects on the brain). Dengan terjaganya otak untuk selalu tetap sehat berarti menjaga diri dari penyakit pikun dan alzheimer (by staying mentally stimulated, you can prevent dementia and Alzheimer’s disease). Semakin sehat otak manusia maka semakin terjaga kondisi fisik seseorang. semakin terjaga dari penyakit dan berarti awet muda. Tidak mesti harus kulit masih kencang, rambut masih hitam, melainkan terjaganya kita dari kehilangan ingatan.
Kesimpulan
Membaca bukan hanya kepatuhan kepada Yang Maha Kuasa, melainkan memang pesan itu memiliki kandungan manfaat yang luar biasa. Membaca mengaktifkan kerja otak sehingga menstimulasi struktural saraf yang kemudian disalurkan melalui berbagai bentuknya seperti kreatifitas gerak, kecerdasan berpikir, kesehatan mental, spiritual dan fisik manusia. Usia lanjut sewajarnya mengalami degradasi fisik dan mental. Namun bagi mereka yang memiliki kebiasaan membaca akan jauh lebih terjaga dari degradasi itu. Kunci dari rahasia itu adalah karena membaca adalah aktifitas yang dapat merangsang kognisi dan meningkatkan integritas structural otak. Membaca memberikan sugesti bahwa meskipun umur boleh bertambah, tenaga boleh berkurang, tetapi daya ingat tidak harus mati. Ayo membaca!
Bahan Bacaan:
Huiling Peng, Anton Orlichenko, Robert J. Dawe, Gady Agam, Shengwe Zhang, Konstantinos Arfanakis. Development of a Human Brain Diffusion Tensor Template. Jurnal NeuroImage. Volume 46, Issue 4, 15 July 2009. P. 967-980. Diakses melalui http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1053811909002948
30 Reasons to Read Books. https://seriousreading.com/blog/283-30-reasons-to-read-books.html
Rice,.G. Elizabeth; Meyer, Bonnie J. F.. Prose Recall: Effects of Aging, Verbal Ability and Reading Behavior.Prose Learning. Paper presented at the Annual Meeting of the American Psychological Association (91st, Anaheim, CA, August 26-30, 1983).
Here Are 10 Reasons Why You Should Read More Book. http://whytoread.com/why-to-read-10-reasons-why-reading-books-will-save-your-life/
Maryanne Wofl. Proust and The Squid: The Story and Science of Reading Brain.
Informasi
Akses Katalog Publik Daring - Gunakan fasilitas pencarian untuk mempercepat penemuan data katalog